Jakarta –
China bersiap menghadapi potensi penyusutan jenis kelamin. Sampai-sampai beberapa universitas di Negeri Panda memberikan waktu istirahat bagi mahasiswanya untuk memiliki waktu jatuh cinta.
Dikutip dari NBC Montana, SMK Penerbangan Mianyang, salah satu dari sembilan perguruan tinggi yang dioperasikan oleh Fan Mei Education Group, menjadi salah satu yang menerapkan kebijakan tersebut. Perguruan tinggi pertama kali mengumumkan liburan musim semi pada 21 Maret dengan fokus khusus pada romansa.
Waktu istirahat yang berlangsung dari 1 April hingga 7 April ini bertujuan untuk mendorong para siswa untuk “belajar mencintai alam, mencintai kehidupan, dan menikmati cinta melalui liburan musim semi”.
IKLAN
GULIR UNTUK MELANJUTKAN KONTEN
Surat kabar China Youth Daily mengatakan para siswa diberi pekerjaan rumah, termasuk menulis buku harian, merekam pertumbuhan pribadi satu sama lain, dan merekam video perjalanan mereka. hasil tugas akan ditampilkan setelah siswa masuk kembali ke perguruan tinggi.
Menurut New York Times, 9,56 juta orang lahir di China tahun lalu, tetapi 10,41 juta orang meninggal. Ini adalah pertama kalinya kematian melebihi jumlah kelahiran sejak Lompatan Maju, sebuah eksperimen ekonomi yang diprakarsai oleh mantan diktator Mao Zedong yang berlangsung dari akhir 1950-an hingga awal 1960-an.
Seperti dilansir Reuters, negara China memiliki kebijakan satu anak antara 1980 dan 2015. Pejabat menaikkan batas menjadi tiga anak pada 2021, tetapi pasangan masih enggan memiliki satu anak. Apalagi saat lockdown COVID-19. Kaum muda mengutip biaya pengasuhan anak yang tinggi, pendapatan rendah dan ketidaksetaraan gender sebagai alasan untuk tetap tidak memiliki anak.
Simak Video “Penurunan Populasi dalam 60 Tahun, Generasi Muda China Ragu Punya Keluarga”
[Gambas:Video 20detik]
(perempuan/perempuan)