Jakarta –
Puteri Rafasya, artis muda asal Malaysia, lumpuh setelah terjatuh akibat temannya menarik kursi di lokasi syuting. Dia duduk dan menabrak kaki baja tripod. Puteri tidak bisa bergerak dengan segera dan dibawa ke rumah sakit.
Dia menderita cedera punggung, patah pinggul dan mati rasa di kakinya yang mengakibatkan kelumpuhan. Selain itu, Puteri mengalami inkontinensia atau kondisi di mana ia kehilangan kontrol kandung kemih.
“Pada hari keempat kencingnya tidak sadarkan diri dan pada hari ketujuh kencingnya tidak keluar. Jadi itu permainan saraf,” jelas Fatin Aliza Salmi, ibunda Puteri Rafasya dalam wawancara dengan InsertLive.
IKLAN
GULIR UNTUK MELANJUTKAN KONTEN
Kini, kondisi Puteri dikabarkan membaik setelah menjalani serangkaian terapi. Dia duduk dan mulai berjalan bahkan dengan bantuan tongkat.
Menurut dokter spesialis ortopedi dr. Prori Fatwa Noor, SpOT dari Rumah Sakit Primaya, Bekasi Timur, kelumpuhan biasanya terjadi karena cedera. Dalam ortopedi, 80-90 persen kasus disebabkan oleh cedera traumatis yang melemahkan saraf. Untuk penyebab nontrauma bisa berasal dari tumor, peradangan, atau infeksi.
“Kedua tungkai bawah tidak bisa digerakkan karena lumpuh. Korek biasanya mati rasa atau mati rasa tapi masih bisa secara motorik. Dalam kasus artis Malaysia ini, lukanya ringan dan sedang karena masih ada kesempatan untuk sembuh. 1×24 jam tidak berhenti, kerusakannya bisa permanen,” kata dr. Prori dalam program e-Life detik.com ‘Jangan Prank Tarik Kursi’, dikutip Minggu (2/4/2023).
Gejala yang dialami seseorang akibat terjatuh adalah sebagai berikut.
Terjadi patah tulang atau kerusakan langsung pada saraf Ketidakmampuan menggerakkan kaki bagian bawah Kehilangan sensasi untuk menyentuh (mati rasa) Kehilangan kontrol saat buang air besar atau buang air kecil karena saraf yang mengontrol aktivitas motorik terganggu akibat cedera.
Dampak yang dirasakan pasien tergantung pada tingkat keparahan atau kerusakan yang diakibatkan oleh jatuh. Bila jatuh hanya mengenai jaringan lunak sekitar, dalam waktu sekitar 2-4 minggu keluhan akan hilang dengan pengobatan konservatif, seperti kompres dingin, minum obat pereda nyeri atau obat antiradang.
Namun, pasien berada dalam kondisi yang lebih serius jika terjadi pergeseran pada patah tulang ekor. Kondisi menjadi lebih buruk jika merusak sistem saraf tepi di tulang ekor, terutama motorik dan sensorik.
“Kalau kerusakan pada pembuluh darah, bisa dikategorikan kerusakan sementara atau permanen yang harus dievaluasi lebih detail,” lanjutnya.
mengumumkan Prori adalah pertolongan pertama bagi penderita cedera tulang belakang. Terlepas dari cederanya, apakah dalam posisi duduk atau sebaliknya, istirahatkan pasien dengan meletakkannya di permukaan yang keras dan rata. Jika tulang terasa sakit, posisikan pasien senyaman mungkin.
“Kalau di kursi takut patah tulang. Mobilisasi dengan papan agar kondisi cedera saraf atau patah tulang tidak semakin parah,” tutupnya.
Tonton Video “Jangan Tarik Kursi Prank!”
[Gambas:Video 20detik]
(naf/naf)