polaslot138
polaslot138
polaslot138
besti69
Kisah Abuya Armin, Penyebar Islam di Pandeglang

Kisah Abuya Armin, Penyebar Islam di Pandeglang

2 minutes, 59 seconds Read


Pangdlang

Sejak saat itu hingga sekarang, Banten dikenal sebagai tempat religi. Tak heran banyak kyai besar lahir di Banten. Abuya Armin adalah salah satunya, berikut kisahnya:

Ulama atau Kyai di Banten berperan besar dalam menyebarkan dakwah Islam di tanah Jawara. Kyai atau ulama di Banten juga tersebar di beberapa tempat seperti di Kabupaten Pandeglang, misalnya Abuya Armin Cibuntu Pandeglang.

Cahaya Hikmah Abuya Hasan Armin yang ditulis oleh salah satu Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Mufti Ali dan KH Soleh Rosyad menjelaskan tentang perjalanan Abuya yang bernama lengkap KH Muhamad Armin.

IKLAN

GULIR UNTUK MELANJUTKAN KONTEN

Abuya Armin lahir di Desa Koranji, Kecamatan Menes atau sekarang Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pandeglang pada tahun 1880 Masehi. Dia adalah anak dari pasangan HM. Tohir berasal dari Kadu Jami dan ibunya adalah Hj. Siti Sofiah berasal dari Kecamatan Ciomas, Kabupaten Serang.

Ketika dia berumur 5 tahun ibunya meninggal. Abuya Armin dipanggil ‘Muhamad Armin’ ketika dia masih muda. Teman-teman pesantrennya memanggilnya ‘Armin’. Penambahan nama ‘Hasan’ merupakan pemberian dari gurunya. Namanya menjadi KH Muhamad Hasan Armin.

Abuya Hasan Armin berguru kepada KH Hasan asal Lekong, Banten yang lama tinggal di Mekkah, Arab Saudi. Gurunya terkesan dengan kelebihan yang dimiliki Abuya Armin. Karena kecerdasannya, tidak salah jika KH Hasan mengangkatnya sebagai asisten.

Dikisahkan dalam kitab tersebut bahwa seusai sholat dzuhur sang guru memanggil Abuya Armin. Dalam pertemuan tersebut dibahas untuk mengganti nama ‘Muhamad Armin’ menjadi ‘Muhammad Hasan Armin’

Nama itu mengacu pada gurunya KH Hasan. Gurunya memberinya nama Hasan sebagai cara guru menghargai muridnya. Sore harinya, nama itu diumumkan kepada para siswa.

“Sore harinya, digelar upacara pergantian nama KH Muhamad Armin di hadapan seluruh santri KH Hasan,” dikutip dari buku Radiasi Hikmah, Minggu (9/4/23).

Kisah ini juga dibenarkan oleh cucu Abuya Armin, H. Heri. Heri menuturkan, kakeknya biasa merantau ke tanah Arab untuk menambah ilmu pengetahuan agama. Di Mekkah, ia berguru kepada KH Hasan. Gurunya memberikan nama Hasan kepada kakeknya karena ilmu dan kecerdasannya.

“Hasan adalah tambahan gurunya KH Hasan dari Lekong, Banten hingga Abah (Abuya Armin),” ujarnya saat ditemui detik.com di rumah pribadinya di Cibuntu-Pandeglang.

Cucu Abuya Armin, H Heri Foto: Aris Rivaldo/detikcom

Setelah perjalanan panjang menuntut ilmu selama 17 tahun di negara-negara Arab seperti Mesir, Palestina, Syria, Libanon, Yordania, Turki, Qatar, Bahrain dan Irak. Abuya Armin kemudian kembali ke Cibuntu, Desa Sekong, Kecamatan Cimanuk-Pandeglang. Di Cibuntu, ia membangun pesantren.

Selama waktunya ratusan siswa belajar dengannya. Proses pembelajaran yang diberikan oleh Abuya Armin juga dapat dinikmati oleh masyarakat.

Banyak jemaah dari luar daerah belajar agama di pesantren. Abuya mengajarkan banyak pelajaran kepada para santri, seperti kitab-kitab, Tafsir Al-Qur’an hingga Tarekat Naqsybandiyah.

“Ratusan santri belajar kitab tafsir Al Quran. Tarekat Naqsyabandiyah setiap malam Jumat. Ka tampi sadanyana anu bade nyir bae, (Yang ingin bergabung dipersilakan),” kata Heri.

Foto Abuya Armin, penyebar Islam di Pandeglang Foto: Aris Rivaldo/detikcom

Heri mengatakan, banyak tokoh besar yang sering berkunjung ke Abuya Armin. Tokoh-tokoh tersebut adalah dari Presiden pertama Republik Indonesia Soekarno, Wakil Presiden pertama Mohamad Hatta, Presiden kedua Soeharto, dan Ali Sadikin Gubernur DKI Jakarta.

Menurutnya, kedatangan tokoh-tokoh tersebut di Cibuntu untuk meminta saran atau petunjuk atau sekedar untuk berkomunikasi. Heri mengatakan bahwa tokoh tersebut adalah rekan kakeknya.

“Mereka bersama, berkunjung,” katanya.

Pada 30 November 1988, Abuya menghembuskan nafas terakhirnya di usia 108 tahun. Ia dimakamkan di kompleks pesantren. Makamnya berada di depan masjid yang ia bangun sendiri.

Berkat jasanya dalam mengajarkan agama Islam kepada seluruh masyarakat di Pandeglang, para peziarah tetap berduyun-duyun datang ke makamnya.

“Masih seer anu ziarah, malam jumat ramai ziarah nu, (Masih banyak yang ziarah, malam jumat ramai ziarah),” pungkasnya.

Simak videonya “Begini Tampang Riko, Pemuda yang Bunuh Pacar Kencan Pakai Toilet”
[Gambas:Video 20detik]
(www www)

Similar Posts