Jakarta –
Populasi Jepang menurun karena banyak pasangan yang enggan memiliki anak dan beberapa orang memilih untuk tidak menikah. Faktanya, sebuah studi baru menunjukkan hanya 36,6 persen wanita lajang berusia 18 hingga 34 tahun yang percaya bahwa sebuah keluarga harus memiliki anak, menurut survei tahun 2021.
Angka ini turun dari tren enam tahun sebelumnya, yakni 67,4 persen. Penurunan juga terlihat pada persepsi pria lajang. Pada awalnya keyakinan mereka relatif tinggi sebesar 75,4 persen pada tahun 2015, kini menurun menjadi hanya 55 persen yang ingin memiliki anak setelah menikah.
Survei Kesuburan Nasional yang dirilis pada 9 September 2021 oleh Lembaga Penelitian Kependudukan dan Jaminan Sosial Nasional dinilai agak mengejutkan. Salah satu ekonom senior Takumi Fujinami di Japan Research Institute Ltd.
IKLAN
GULIR UNTUK MELANJUTKAN KONTEN
“Keinginan menikah dan punya anak menurun drastis, terutama di kalangan wanita,” kata Fujinami, pakar penurunan angka kelahiran, dikutip dari Asahi, Senin (10/4/2023).
“Persentase wanita yang tidak percaya akan menikah seumur hidup juga meningkat lebih banyak daripada pria.”
Studi tersebut merupakan yang terbaru dari serangkaian survei nasional yang dilakukan setiap lima tahun tentang pandangan masyarakat tentang pernikahan dan melahirkan anak. Itu diadakan pada tahun 2021, setahun lebih lambat dari jadwal semula karena merebaknya pandemi COVID-19.
Survei menunjukkan bahwa para lajang berusia antara 18 dan 34 juga ingin memiliki lebih sedikit anak sekarang. Responden juga ditanya tentang berapa banyak anak yang mereka inginkan setelah menikah.
Respons rata-rata untuk perempuan adalah satu anak, lebih sedikit dari dua anak sebelumnya pada tahun 2015, sedangkan rata-rata untuk laki-laki adalah 1,82, turun dari 1,91.
Fujinami mengatakan, survei tersebut mencerminkan rasa frustrasi dan muak perempuan terhadap kesenjangan gender. Ini karena mereka menerima upah yang lebih rendah daripada laki-laki, sambil memikul beban pekerjaan rumah tangga dan pengasuhan anak yang lebih besar.
Dia mengatakan pemerintah akan terpaksa mengubah kebijakan tradisionalnya untuk membendung penurunan angka kelahiran jika kaum muda semakin memandang pernikahan dan memiliki anak secara negatif.
“Hasil survei harus digunakan sebagai petunjuk untuk mengatasi masalah dari perspektif baru, seperti bagaimana mengisi kesenjangan gender dan bagaimana menaikkan tingkat upah bagi kaum muda,” kata Fujinami. .
Simak Video “Jumlah Penduduk Menyusut, Warga China Enggan Punya Anak Lagi”
[Gambas:Video 20detik]
(naf/vyp)