Jakarta –
Dunia saat ini sedang menonton subvarian Omicron XBB 1.16 atau Arcturus. Subvarian ini disebut sebagai ‘biang keladi’ peningkatan kasus harian COVID-19 di India, dari 300 kasus menjadi 1.000 kasus per hari.
Selain itu, subvarian ini juga telah ditemukan di negara tetangga seperti Singapura dan Brunei Darussalam. Ini membuat orang khawatir bahwa subvarian ini akan masuk di +62.
Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Dr. Siti Nadia Tarmizi yang sejauh ini belum ada varian Arcturus yang teridentifikasi di Indonesia. Namun, pihaknya terus melakukan pemantauan untuk mencegah kasus tersebut masuk ke Tanah Air.
IKLAN
GULIR UNTUK MELANJUTKAN KONTEN
“Alhamdulillah sampai saat ini kami belum mendeteksi Omicron Arcturus atau XBB 1.16,” ujar dr. Nadia. detikcom di Perpustakaan Nasional RI, Jakarta Pusat, Kamis (30/3/2023).
“Kami belum sampai. Tapi sekali lagi, surveilans kami masih terus berjalan. Surveilans genomik artinya pengecekan varian-varian ini dan juga surveilans yang dilakukan oleh teman-teman di kabupaten kota,” terangnya.
COVID-19 RI terkendali
kata dr. Nadia bahwa masyarakat akan terus hidup berdampingan dengan COVID-19 hingga virus tersebut hilang dari dunia. Ia pun mengimbau masyarakat tidak perlu khawatir dengan subvarian tersebut karena RI telah berhasil mengendalikan pandemi COVID-19.
“Mari kita terus hidup berdampingan dengan COVID-19 hingga virus dinyatakan hilang dari muka bumi,” kata dr. Nadia.
“Selama angka kematian masih dalam angka normal, angkanya normal, karena tidak mungkin tidak ada (kematian). Kematian karena penyakit menular pasti ada. Tapi kalau angkanya masih dalam batas tersebut, kita tidak perlu khawatir dengan penyakit ini dan kami juga yakin pandemi kita akan terkendali,” lanjutnya.
Menurut Dr. Nadia, ahli epidemiologi Universitas Indonesia (UI) Dr. Iwan Ariawan MSPH juga mengatakan tidak perlu khawatir dengan subvarian Arcturus. Sebab, selama cakupan vaksinasi masyarakat tinggi, angka kematian tetap terkendali.
“Pemantauan kita saat ini adalah case fatality rate atau angka kematian COVID-19 di Indonesia kurang dari 1 persen. Artinya, untuk suatu penyakit rendah dan kita lihat masih di bawah 1 persen, jadi saat ini terkendali,” kata dr. Meninggalkan.
“Virusnya masih ada tapi kita masih terkendali, artinya virus itu bukan masalah besar bagi kesehatan masyarakat kita,” pungkasnya.
Simak video “Penularan Covid-19 Indonesia Level 1, Penularan Terpantau Rendah”
[Gambas:Video 20detik]
(hnu/vyp)