Tokyo –
Dunia sekali lagi mencetak rekor ikan terdalam di dunia. Ikan itu adalah ikan siput!
Dilansir dari CNN, para ilmuwan dari University of Western Australia dan Tokyo University of Marine Science and Technology telah merilis rekaman baru yang diambil dari sebuah tebing di Samudera Pasifik utara di lepas pantai Jepang.
Ekspedisi tersebut mampu merekam keberadaan ikan di laut dalam. Mereka menemukan ikan siput berenang di kedalaman 8.022 meter.
IKLAN
GULIR UNTUK MELANJUTKAN KONTEN
Rekor kedalaman ini memecahkan rekor sebelumnya. Penelitian tahun 2008 mencatat snailfish di kedalaman 7.703 meter. Ilmuwan belum pernah menemukan ikan di kedalaman 8.000 meter.
“Yang penting adalah untuk melihat seberapa jauh beberapa spesies ikan dapat berenang di laut dalam,” kata ahli biologi kelautan Alan Jamieson, pendiri Pusat Penelitian Laut Dalam Minderoo-UWA, yang memimpin ekspedisi tersebut.
Rekor dunia untuk ikan terdalam Foto: (University of Western Australia)
Penelitian ini dilakukan pada September 2022 dan videonya baru dirilis pada Minggu (2/4).
Snailfish adalah ikan dari keluarga Liparidae. Ikan ini diketahui hidup di perairan dangkal, namun ada juga yang hidup di laut yang sangat dalam.
“Dalam survei dua bulan lalu, ada tiga robot laut otomatis yang dilengkapi kamera resolusi tinggi yang dijatuhkan di Jepang, Parit Izu-Ogasawara dan Ryukyu pada kedalaman berbeda,” ujarnya.
Di Ngarai Izu-Ogasawara, ikan siput tertangkap berenang dengan damai bersama krustasea lainnya. Mereka asyik memakan umpan yang menempel di robot.
Jamieson mengklarifikasi bahwa ikan tersebut masih remaja. Ia mengatakan bekicot muda sering hidup di laut dalam untuk menghindari predator.
Dua spesimen diambil untuk penelitian. Snailfish ini, diidentifikasi sebagai Pseudoliparis belyaevi, memiliki fitur unik untuk membantu spesies laut dalam bertahan hidup di lingkungan yang ekstrim.
“Mereka memiliki mata kecil, tubuh transparan, dan tidak ada kantung renang yang membantu ikan lain mengapung,” jelas Jamieson.
Lebih lanjut, Jamieson mengatakan Samudera Pasifik sangat kondusif untuk aktivitas dinamis karena arus selatannya yang hangat, yang mendorong makhluk laut untuk masuk lebih dalam.
Penelitian ini tentunya membutuhkan biaya yang mahal. Setiap pendaratan robot saja menelan biaya USD 200.000 atau sekitar Rp. 2,9 miliar untuk merakit dan mengoperasikan.
“Tantangannya adalah teknologinya mahal dan ilmuwan tidak punya banyak uang,” pungkasnya.
Tonton Video “Sepertiga Rumah di Jepang Akan Kosong di Tahun 2030”
[Gambas:Video 20detik]
(Bulanan)